A. Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan
Sastra (Sanskerta: शास्त्र,
shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti
"teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata
dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa
Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
"kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian
istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya
sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental
nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya,
diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan,
sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di
sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang
dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya
kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan
yang di harapkan dapat memberikan pengetahun dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Kesusastraan adalah penguraian atas konflik yang digunakan untuk
mencapai suatu hasil yang dikatakan bahwa keindahan atau nilai estetis suatu
cipta sastra timbul karena adanya keserasian, kesepadanan, atau keharmonisan
antara isi.
Jadi inti dari kesusastraan membuat
pencerahan atas konflik mengenai konsep konsep kehidupan dan budaya manusia
dengan membawa nilai estetis yang baik dan menimbulkan keserasian bersama.
Namun, Ilmu Budaya Dasar (yang dahulu
disebut sebagai Basic Humanities) berasal dari bahasa latin yang disebut dengan
“humanus” yang memiliki arti manusiawi, berbudaya, dan halus. Pada umumnya,
humanities mencakup filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya (sejarah,
sastra, dll), maka dari itu humanities menjadi ilmu kemanusiaan dan kebudayaan.
v Pendekatan Kesusastraan
Sastra berasal dari kata castra
berarti tulisan. Dari makna asalnya dahulu, sastra meliputi segala bentuk dan
macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan,
kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita
gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia.
Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk
upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari
perasaan dan pemikirannya. Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua
kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su berarti
baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat
diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa, bentuk,
maupun isinya.
Hampir pada setiap jaman, sastra
mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama adalah karena sastra
menggunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai untuk menampung hampir
semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya memahami dirinya sendiri,
yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa.
Manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah
satu. Kenyataan inilah yang mempermudahkan sastra untuk berkomunikasi.
Sastra juga lebih mudah untuk
berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi.
Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan
dengan cerita orang lebih mudah mengungkapkan gagasannya dalam bentuk yang
tidak normatif.
v Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan
dengan Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan
yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya
lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata
prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus
terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan
suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah,
novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga
dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah
prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat, dan Prosa baru
ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Adapun unsur-unsur instrik dalam
prosa:
1) Tema
adalah tentang apa prosa tersebut berbicara.
2) Amanat
atau pesan yaitu nasehat yang hendak disampaikan kepada pembaca.
3) Plot
atau alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita.
4) Perwatakan
atau karakteristik atau penokohan adalah cara-cara pengarang menggambarkan watak
pelaku.
5) Sudut
pandang adalah cara pengarang menempatkan diri.
6) Sudut pandang orang pertama adalah pengarang
sebagai pelaku.
7) Sudut
pandang orang ketiga adalah pengarang tidak menjadi pelaku.
8) Latar
atau seting adalah gambaran atau keterangan mengenai tempat, waktu, situasi
atau suasana berlangsungnya peristiwa, dan
9) Gaya
bahasa adalah corak pemakaian bahasa.
Jenis-jenis
Prosa :
a) Prosa
Naratif
b) Prosa
Deskriptif
c) Prosa
Eksposisi
d) Prosa
Argumentatif
Prosa
lama
merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan
barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan,
disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan
Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk
tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan
sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra indonesia
mulai ada.
Adapun bentuk-bentuk sastra prosa
lama adalah :
Hikayat,
berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri,
pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib.
Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan
dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil
tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh : Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung,
Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Panji Semirang, Hikayat
Raja Budiman. Ciri-ciri Hikayat yaitu :






Sejarah
(tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil
dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa
dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan
silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para
sastrawan masyarakat lama. Contoh : Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka
Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
Kisah,
adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu
tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan,
Kisah Abdullah ke Jedah.
Dongeng,
adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya,
yaitu sebagai berikut :
• Fabel, adalah cerita lama yang
menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut
sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau,
Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung
bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
• Mite (mitos), adalah cerita-cerita
yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang
dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo,
Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian,
Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
• Legenda, adalah cerita lama yang
mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh :
Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
• Sage, adalah cerita lama yang
berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan,
kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara,
Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
• Parabel, adalah cerita rekaan yang
menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau
perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan
lain-lain.
• Dongeng jenaka, adalah cerita tentang
tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara
humor. Contoh : Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan
lain-lain.
Cerita
berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh : Seribu Satu Malam.
Prosa
baru
adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya
Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut :
Roman
adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan
segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari
masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman
mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan
menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk
dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan
kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai
berikut :
• Roman transendensi, yang di dalamnya
terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat
dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
• Roman sosial adalah roman yang
memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan
mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara
Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
• Roman sejarah yaitu roman yang isinya
dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan
seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar,
Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
• Roman psikologis yaitu roman yang
lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku
tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi
Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
• Roman detektif merupakan roman yang
isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi
pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus
kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria
oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
Novel
berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan
pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik.
Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku.
lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih
pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh
Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya
Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
Cerpen
adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan
pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik
atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib
pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul
Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo,
Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
Riwayat
(biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman
hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang
lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh:
Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.
Kritik
adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya
dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu
yang sifatnya objektif dan menghakimi.
Resensi
adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama,
dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari
berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga
disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut
dibaca atau dinikmati.
Esai
adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,
renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat
sangat subjektif atau sangat pribadi. dan tidak boleh di sentuh oleh siapa pun.
v Nilai-nilai Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang bertulang punggung
ceria, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung
membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai
nilai-niali yang diperoleh pembawa lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang
diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
o
Prosa
fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang
diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana
mengalaminya sendiri peristiwa itu atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat
mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang
belum dikunjungi atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga
dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin
rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
o
Prosa
fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi
yang tidak terdapat didalam ensiklopedi. Dalam novel sering kita dapat belajar
sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan
masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau
kehidupan yang asing sama sekali.
o
Prosa
fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi
imajinasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinyadari
warisan budaya bangsa.
Novel seperti Siti Nurbaya, salah
asuhan, sengsara membawa nikma, layar terkembang mengungkapkan impian-impian,
harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya
dihayatioleh generasi kini.
o
Prosa
memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seorang dapat
menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu.
Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan memilih respon-respon emosional
atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan
dalam kehidupan sendiri.
Berkenaan dengan moral, karya sastra
dapat dibagi menjadi dua : Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, dan
karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya. Ada juga yang tentunya
menyuarakan kedua-duanya.
1) Karya
sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, mengajak pembaca untuk mengikuti apa
yang dikehendaki jamannya. Kebanyakan karaya sastra Indonesia di jaman Jepang
yang dikelompokan kedalam kelompok ini.
2) Karya
sastra yang menyuarakan gejolak jamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk
melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.
Kedua
macam karya sastra itu selalu menyampaikan masalah. Masalah ini disampaikan
dengan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya. Masing-masing tokoh mempunyai
temperamen, pendirian, dan kemauan yang berbeda-beda. Perbedaan ini menimbulkan
konflik. Konflik dapat terjadi baik di dalam tokoh sendiri maupun diantara
tokoh satu dengan lainnya.
v Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Puisi
Puisi
(dari
bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di
mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain
arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu
bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang
membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa
ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis
literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala
kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang
membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat
berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan
salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang
juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca
hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi
penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak
ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada
beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun
beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair
aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan
bukan pada pokok puisi tersebut. Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas
yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah
satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Di beberapa
daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun.
Macam-macam
puisi dibedakan berdasarkan zaman :
Puisi
Baru : Puisi yang muncul karena pengaruh sastra barat. Puisi baru adalah puisi yang lebih bebas dalam penggunaan rima,
pilihan kata, serta irama.
Puisi
Lama : Puisi yang mengikuti ketentuan umum pada puisi seperti, rima, irama,
dan baris. Jenis puisi lama :
Ø Mantra
Ø Karmina
(Pantun singkat)
Ø Talibun
Ø Syair
Ø Gurindam
Puisi
Modern : Puisi bebas yang muncul pada tahun awal kemerdekaan yang
dipelopori oleh Chairil Anwar. Puisi ini tidak mengutamakan bentuk puisi namun
lebih mengutamakan isi dan makna dari puisi tersebut.
Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam
Kesusastraan, dapat dihubungkan antara Ilmu budaya dasar dengan puisi yang
merupakan dari budaya.
Puisi dipakai sebagai media belajar
sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat pada Ilmu Budaya Dasar. Puisi
termasuk sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian dan kesenian cabang dari
kebudayaan. Kepuitisan, keartistikan, atau keestetikan bahasa puisi disebabkan
oleh kereativitas penyair dalam membangun puisinya menggunakan :
1) Figura
bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori dsb.
2) Kata-kata
ambiquitas, yaitu kata-kata yang bermakna ganda
3) Kata-kata
yang berjiwa / kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi pengalaman sangpenyair
sehinggal terasa hidup
4) Kata-kata
konotatif, kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa.
5) Pengulangan,
berfungsi mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan sehingga mengunggah hati.
Puisi juga sebagai bagian kebudayaan
lahir dari rahim penyairnya. Puisi bisa hidup, bisa pula mati sebelum dimaknai
pembacanya. Tergantung dari seberapa jauh para penyair merawatnya. Puisi
membutuhkan konsistensi, bukan sekadar rangkaian kata-kata tanpa pesan.
Adapun alasan-alasan yang mendasari
penyajian puisi pada perkuliahan ilmu budaya dasar adalah :
§ Hubungan
Puisi dengan pengalaman hidup manusia
Dengan pengalaman hidup manusia
(sang penyair) diharapkan menggugah kesadaran mahasiswa untuk dapat mengerti
akan dirinya sendiri dan masyarakat. Dapat dilakukan dengan kemampuan
Imagineative Entry.
§ Puisi
dan kesadaran individual
Puisi mengajak mahasiswa untuk
menengonk hati dirinya sendiri dan sesamanya (sebagaimana berlaku dalam The
Humanities) dari puisi akan tersurat bagaimana perasaan hati manusia.
§ Puisi
dan Keinsyafan Sosial
Sebagai Makhluk Sosial, puisi juga
memberikan berbagai pengetahuan dan menafsirkan akan masalah - masalah sosial.
Yakni meliputi konflik dengan sesamanya, pemberontakan terhadap hukum Tuhan, serta
perjuangan - perjuangan lainnya.
B. Manusia dan Keindahan
Manusia
atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"),
sebuah spesies primata dari golongan mamaliayang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalamagama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam
antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakatmajemuk serta perkembangan teknologinya, dan
terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling
utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin
seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki
dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan
dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan
lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak,
remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih banyak
penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna
kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama
(penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ),
hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri,
keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
v Keindahan
Keindahan
atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek,
atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau
kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai
keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan
dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan
budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang
dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu
budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman "keindahan"
sering melibatkan penafsiran beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan
alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional.
Karena ini adalah pengalaman subyektif, sering dikatakan bahwa beauty is in the
eye of the beholder atau "keindahan itu berada pada mata yang melihatnya.
Kata benda Yunani klasik untuk
"keindahan" adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk
"indah" itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος,
hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti
"jam." Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan
"berada di jam (waktu) yang sepatutnya.
Sebuah buah yang matang (pada
waktunya) dianggap indah, sedangkan seorang wanita muda mencoba untuk tampil
lebih tua atau seorang wanita tua mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan
dianggap cantik. Dalam bahasa Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna,
termasuk "muda" dan "usia matang.
Keelokan
pada Manusia
Wanita yang elok rupanya disebut
"cantik" atau "ayu", sementara pria yang rupawan disebut
"tampan" atau "ganteng" di dalam masyarakat. Sifat dan ciri
seseorang yang dianggap "elok", apakah secara individu atau dengan
konsensus masyarakat, sering didasarkan pada beberapa kombinasi dari Inner
Beauty (keelokan yang ada di dalam), yang meliputi faktor-faktor psikologis
seperti kepribadian, kecerdasan, keanggunan, kesopanan, kharisma, integritas,
dan kesesuaian, dan Outer Beauty (keelokan yang ada di luar), yaitu daya tarik
fisik yang meliputi faktor fisik, seperti kesehatan, kemudaan, simetri wajah,
dan struktur kulit wajah.
Standar kecantikan/ketampanan selalu
berkembang, berdasarkan apa yang dianggap suatu budaya tertentu sebagai
berharga. Lukisan sejarah memperlihatkan berbagai standar yang berbeda untuk
keelokan manusia. Namun manusia yang relatif muda, dengan kulit halus, tubuh
proporsional, dan fitur biasa, secara tradisional dianggap paling elok
sepanjang sejarah.
v Renungan
Renungan
berasal dari kata renung, artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Namun secara definisi renungan adalah proses
memikirkan sesuatu dalam keadaan diam dan dalam-dalam. Dalam merenung untuk
menciptakan seni, ada beberapa teori antara lain : teori pengungkapan, teori
metafisik dan teori psikologis.
o
Teori
Pengungkapan
Dalil teori ini bahwa “arts is an
expresition of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan
manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang
seniman ketika menciptakan karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling
terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) Beliau antara lain
menyatakan bahwa “Seni adalah pengungkapan pesan-pesan) expression adalah sama
dengan intuition, dan intuisi adalah pegnetahuan intuitif yang diperoleh
melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran
keinginan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran
angan-angan seperti misalnya images warna, garis dan kata. Pengalamam estetis
seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
o
Teori
Metafisik
Teori seni yang bercotak metafisik
merupakan salah satu contoh teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang
karya-karyanya untuk sebagian membahas estetik filsafat dan konsepsi keindahan
dari teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengungkapkan suatu teori peniruan
(imitation teori). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya
dunia ide pada tarat yang tertinggi sebgai realita ilahi. Pada taraf yang lebih
rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip
realita ilahi. Dan karya seni yang dibuat manusia adalah merupakan mimemis
(tiruan) dari ralita duniawi
o
Teori
Psikologis
Para ahli estetik dalam abad modern
menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran
penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan
psikoanalisa dikemukakan bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan
bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seni itu merupakan bentuk
terselubung atau diperhalus yang wujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.
Teori lain lagi yaitu teori permainan yang dikembangkan oleh Fredrick Schiller
(1757 -1805).
v Keserasian
Keserasian
adalah Kunci Keindahan. Keserasian merupakan keharmonisan, kesepadanan dan
keselarasan. Kita perlu mengukuhkan semangat untuk menciptakannya, jadi
keserasian, kecocokan, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai
itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Keindahan
adalah suatu kumpulan hubungan yang serasi pada suatu benda dan diantara benda
itu dengan si pengamat.
Pengertian keserasian adalah cocok
dalam segala hal. Menurut The Liang Gie ada 2 Teori dalam menciptakan seni
antara lain : Teori Objektif ( Plato, Hegel, Bernard Bocanguat ) dan Teori Subjektif
( Henry Home, Earlof Shaffesbury, Edmund Burke ). Salah satu persoalan pokok
dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah
keindahan merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam
pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut
lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori objektif dan subjektif.
§ Teori Objektif
berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetika adalah
sifat (kulitas) yang memang melekat dalam bentuk indah yang bersangkutan,
terlepas dari orang yang mengamatinya. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri
khusus manakah yang memnuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai
estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah
perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhnya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda. Pendukung teori objectif adalah
Plato dan Hegel.
§ Teori
Subjectif menyatakan bahwa
ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya
perasaan dalam diri sesorang yang mengamati suatu benda. Adanya keindahan
semata-mata tergantung pada penerapan dan si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan
bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa
seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebagai tanggapan
terhadap benda indah itu. Pendukung nya adalah Henry Home, Earlof Shaffesburry
dan Edmund Burke.
Terimakasih.
Nama : Tia Tryoctiani Lestari
NPM : 38413883
Kelas : 1ID08
Komentar
Posting Komentar