1.
Pengertian Manusia
Secara bahasa, manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi
atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah,
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya
dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya
pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal
(genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
2.
Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Daya dari budi yang
berupa cipta, karsa dan rasa.
Surah At-Tin
ayat 4
4. sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
|
Penjelasan dari
ayat tersebut yaitu tentang akal dan budaya. Berikut akan dijabarkan tentang
akal dan budaya.
Manusia merupakan makhluk ciptaan
tuhan yang tertinggi dan paling beradab dibandingkan dengan ciptaan tuhan
lainnya. Manusia mempunyai tingkatan lebih tinggi lagi dalam berpikir, dan
mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar
terus-menerus
Konsep Akal Dalam Al-Qur’an - Dari
segi bahasa, akal yang telah di-Indonesiakan berasal dari kata al-‘aql. Dengan
kekuatan akal orang mendapatkan ilmu dan ilmu yang digunakan serta dimiliki
oleh manusia bergantung pada kekuatan akalnya. Selain itu akal adalah al-hijr,
menawan atau mengikat. Kata tersebut dari segi bahasa pada mulanya berarti;
tali pengikat, penghalang. Al-Qur’an menggunakannya bagi sesuatu yang mengikat
atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa. Orang yang
berakal adalah orang yang mampu mengikat atau mengendalikan hawa nafsunya.
Kemampuan seseorang untuk mengikat hawa nafsu, akan menempatkan hawa nafsu pada
posisi yang serendah-rendahnya, sehingga hawa nafsu tidak dapat menguasai
dirinya, ia akan mampu memahami wahyu sebagai kebenaran. Orang yang tidak mampu
menawan hawa nafsunya tidak akan mampu mengendalikan dirinya.
Selanjutnya akal mengandung arti
kebijaksanaan, pemahaman. Ada pula yang mengartikan akal dengan pembatasan dan
pencegahan, perlindungan atau kemampuan seseorang untuk menemukan dirinya
sendiri. Di sini diartikan orang berakal adalah orang yang mampu membatasi dan
mencegah hawa nafsunya serta memberikan perlindungan sampai pada batas-batas
yang diperlukan. Dengan demikian akal akan mampu melihat kebenaran. Nampaknya
bahwa hawa nafsu tidak dihilangkan sama sekali, sebab ia diperlukan dalam kadar
tertentu. Dalam batas-batas itulah di bawah kendali akal seseorang akan mampu
menemukan jati dirinya.
3.
Wujud Kebudayaan
J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga. Berikut penjabaran dari wujud kebudayaan.
a) Ide/Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b) Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat
tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
diamati dan didokumentasikan.
c) Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa
hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan
ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)
manusia.
Kesimpulannya yaitu manusia yang
menciptakan kebudayaan, dan nanti kebudayaan yang akan mengatur manusia agar
sesuai dengannya. Kemudian kebudayaan dibagi menjadi 3 wujud menurut
dimensinya, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. Mereka merupakan suatu
tindakan yang akan dilakukan oleh manusia untuk membentuk suatu kebudayaan.
Dari ketiga wujud kebuudayaan ini tidak dapat dipisahkan dengan wujud
kebudayaan yang lain. Karena suatu wujud yang ideal seperti gagasan akan mengatur
dan memberi suatu arahan berupa aktivitas dan yang nantinya akan menghasilkan
sebuah karya kebudayaan oleh manusia.
4.
Teori Kebutuhan Hidup Menurut Abraham Maslow
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur
yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis
maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Teori Hierarki
kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis, yang merupakan kebutuhan
paling dasar pada manusia. Antara lain;pemenuhan kebutuhan oksigen dan
pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan
tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual. Kebutuhan fisiologis
berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan
fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau
minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga
pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang
baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah
makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam
kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan,
mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan
dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus
menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian
kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa
mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus
mencari-carinya lagi.
2.
Kebutuhan rasa
aman dan perlindungan, dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan
psikologis. Perlindungan fisik, meliputi perlindungan dari ancaman terhadap
tubuh dan kehidupan seperti kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan, dll.
Perlindungan psikologis, perlindungan dari ancaman peristiwa atau pengalaman
baru atau asing yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Kebutuhan
akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa
terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari
ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain. Menurut
Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak
yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan
terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan
dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal
yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
3.
Kebutuhan rasa
cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima kasih
sayang, kehangatan, persahabatan, dan kekeluargaan. Seseorang yang kebutuhan
cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat
menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima
orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak
dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu
hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling
percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut
jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan
bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
4.
Kebutuhan akan
harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan dari orang
lain. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan,
keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali
manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk
memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
5.
Kebutuhan
aktualisasi diri, ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, yang
berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta
mencapai potensi diri sepenuhnya. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai
hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa
saja menurut kemampuannya.
(Sumber:windyku.wordpress.com)


Komentar
Posting Komentar